Monday, March 10, 2014

MAKALAH BAHASA INDONESIA PEMILIHAN KATA (DIKSI)

MAKALAH BAHASA INDONESIA
PEMILIHAN KATA (DIKSI)


http://nurudin.jauhari.net/engine/i/2012/11/Logo-Universitas-Atma-Jaya-Yogyakarta-UAJY.jpg
 
















DISUSUN OLEH :
NIKOLAS ALDIAN PUTRA 130420306






PEMILIHAN KATA (DIKSI)

·         Diksi

Diksi atau pilihan kata berkaitan dengan kata (-kata) mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, memilih kelompok kata-kata atau menggunakan ungkapan yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa itu. 
Diksi juga merupakan pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara atau yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.

·         Ciri - Ciri Diksi
Yaitu menggunakan lafal, tekanan, intonasi yang sesuai menentukan pilihan kata (diksi), bentuk kata dan ungkapan yang tepat dalam kalimat .
A.    .Peranti-peranti Diksi
1.      .Peranti Kata Berdenotasi dan Berkonotasi
 Dalam studi lingustik ditegaskan bahwa kata yang tidak mengandung makna tambahan atau perasaan tambahaan makna tertentu disebut denotasi. Adapun maknanya disebut makna denotatif, makna denotasional, makna kognitif,makna konseptual,makna ideasional, makna referensial atau makna proporsional.Jadi, makna denotatif itu dapat disebut makna sebenarnya, makna yang ditunjuk oleh sesuatu yang disimbolkan itu.
Contohnya, kata "kurus". Makna denotatifnya adalah keadaan tubuh yang lebih kecil dari ukuran normal.
Makna konotatif adalah makna yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Konotasi atau makna konotatif sering disebut makna konotasional, makna emotif atau makna evaluatif. Dapat juga dikatakan makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sebenarnya.
Contohnya, kata "kurus" pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata "ramping" bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan "ramping".


2.      Peranti Kata Bersinonim dan Berantonim
Kata ‘bersinonim’ berarti kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti sama. Dapat dikatakan bahwa sinonim sesungguhnya adalah persamaan makna kata. Adapun yang dimaksud adalah dua kata atau lebih yang berbeda bentuknya, ejaannya, pengucapannya atau lafalnya, tetapi memiliki makna sama atau hampir sama.
Contohnya, Kata ‘hamil’ dan ‘mengandung’ serta ‘bunting’, Ketiga bentuk kebahsaan itu dapat dikatakan bersinonim karena bentuknya berbeda, tetapiu maknabnya sama.
Kata berantonim  berlawanan dengan kata bersinonim. Bentuk kebahasaan tertentu akan dapat dikatakan berantonim kalau bentuk itu memiliki makna yang tidak sama dengan makna lainnya. Dalam linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukkan bentuk-bentuk kebahasaan itu memiliki relasi antarmakna yang wujud logisnya berbeda atau bertentangan atara satu dengan lainnya.
contohnya, panas dan dingin. Bentuk berantonim dapat dibedakan sebagai berikut:
·      Antonimi kembar adalah kehadiran entitas kebahasaan yang satu meniadakan entitas kebahsaan yang satunya lagi. Misalnya, ‘jantan’ dan ‘betina’, ‘bayi’ dan ‘dewasa’.
·      Antonimi plural adalah penegasan terhadap anggota tertentu akan mencakup penyangkalan setiap anggota lainnya secara terpisah, misalnya kelas ‘logam’, kelas ’tumbuhan’, kelas ‘buah-buahan’.
·      Antonimi gradual adalah penyimpangan dari antonimi kembar. Kalau dalam antonimi kembar terdapat dikotomi ‘kaya’ dan ‘miskin’, dalam antonimi gradual  terdapat ‘setengah kaya’ atau ‘lumayan kaya’ atau  ‘agak kaya’.
·      Antonimi relasional adalah bentuk kebahasaan yang dianggap berantonim itu memiliki relasi kebalikan. Misalnya, ‘guru’ dan ‘murid’.
3.      Peranti Kata Bernilai Rasa
Beberapa kata mungkin mengandung nilai rasa tertentu, menyangkut tinggi-rendah penilaian yang kita berikat atas maknanya. Kata gerombolan, misalnya, memiliki nilai rasa (konotasi) yang kurang menyenangkan, terkesan negatif dalam tangkapan pembaca/pendengarnya. Kata wafat, misalnya, berbeda nilai rasanya dengan mati, apalagi tewas dan modar. Kata-kata tertentu mungkin pula bersinggungan dengan nilai-nilai kesopanan dan kepercayaan tertentu. Kata gugur, misalnya, hanya digunakan untuk kalangan tertentu seperti pahlawan dan prajurit yang mengorbankan nyawa di medan perang. Kata ganti kamu berbeda nilai sosialnya dengan Anda atau Saudara. Begitu pula kata bini dan istri. Dengan demikian, ketepatan dalam memilih kata perlu pula disertai dengan kepekaan yang menyangkut nilai rasa dan nilai sosial kata.
4.      Peranti Kata Konkret dan Abstrak
Kata-kata konkret adalah kata-kata yang merujuk pada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba atau dicium. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abstrak.
     Kata abstrak menunjuk pada konsep atau gagasan. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan yang cenderung rumit.
Kalau kata-kata konkret lazim digunakan untuk membuat deskripsi, beberapa juga untuk narasi, maka kata-kata abstrak lazim digunakan untuk membuat persuasi atau argumentasi.
Kata Abstrak                    Kata Konkret
kemakmuran           
         sandang, pangan, papan
pembangunan           
        mendirikan rumah, membangun jalan
demokrasi           
musyawarah, pemungutan suara
5.      Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata
Kata umum adalah kata yang cakupan maknanya luas, sedangkan kata khusus adalah kata yang sempit ruang-lingkupnya. Makin luas ruang-lingkupnya, makin umum makna sebuah kata.
Kata Umum         Kata Khusus
membawa           
mengempit, menjinjing
berbunyi           
   berdering, berdenting, bergaung
melihat               
menonton, menatap, memandang
memotong           
            menebang, menebas, menyayat
Kata umum kurang mampu memberikan daya-bayang yang jelas. Semakin umum makna sebuah kata, semakin kabur pula gambaran angan yang dimunculkan dan, dengan demikian, semakin berpotensi untuk menimbulkan salah paham. Sebaliknya, semakin khusus, semakin jelas dan mengesan di dalam angan-angan atau pikiran pembaca.

6.      Piranti kelugasan kata
Diksi juga mengajarkan kita untuk berkata kata lugas, atau yang biasa di sebut (to the point.). akan tetapi orang akan lebih menggunakan bahasa asing untuk menurunkan tingkat kelugasan nya, dengan keasingan nya ini dimensi kelugasan atau ke tabu an nya .
Contoh : kata ‘Zakar’ lebih lugas daripada kata ‘Penis’, dan kata ‘senggama’ sepertinya terlalu lugas maka orang akan cenderung memilih kata ‘ koitus’ atau ‘berhubungan badan’.

7.      Peranti penyempitan dan perluasan makna kata;
penyempitan kata adalah menspesifikasikan kata tersebut.
Contoh : dulu kata ‘pendeta’ diartikan sebagai orang pintar, sekarang menjadi sebutan untuk guru agama Kristen.

Perluasan makna kata adalah generalisasi kata akibat dari dinamika bahasa.
Contoh : kata ‘bapak’, dulu digunakan untuk menyebut ayah, tetapi sekarang di perluas penggunaannya untuk menyebut laki laki yang lebih tua.

8.      Peranti keaktifan dan kepasifan kata;
kata aktif adalah kata yang berawalan me-, ber-.Sedangkan kata pasif adalah kata yang berawalan di-.
Imbuhan me-, memiliki arti transitif jika memiliki objek penderita, dan berarti intransitive jika tidak memiliki objek penderita.

9.      Peranti ameliorasi dan peyorasi;
Ameliorasi adalah proses perubahan makna dari yang lama ke yang baru, ketika bentuk yang baru dianggap dan dirasakan lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan yang lama.Sedangkan peyorasi adalah proses perubahan makna dari yang baru ke yang lama, ketika bentuk yang lama dianggap dan dirasakan lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan yang baru.


Contoh : 
§  Peyorasi : dulu kata ‘efisien’ dan ‘efektif’ telah diupayakan untuk dirubah menjadi ‘mangkus’ dan ‘sangkil’ akan tetapi saat ini malah kata ‘efisien’ dan ‘efektif’ lebih banyak di gunakan
§  Ameliorasi : kata ‘berak’ yang dulu sangat lazim sekarang di ubah manjadi kata ‘kakus’ yang dianggap lebih bermartabat.
10.  Piranti Kesenyawaan kata
Kesenyawaan kata maksudnya adalah bentuk yang tidak bisa dipisahkan karena sudah sangat erat kaitannya antara satu dengan yang lainnyat
Contoh :
Kata ‘sesuai dengan’ sering kita tulis ‘sesuai’ saja, lalu kata ‘disebabkan oleh’ kita sering tulis ‘disebabkan’ saja, atau malah sering kita tulis ‘disebabkan karena’ yang secara kebahasaan salah besar.
11.  Piranti kebakuan dan ketidakbakuan kata
Diksi dan pemilihan kata juga mengajarkan kita untuk selalu cermat dengan bentuk bentuk kata baku dan tidak baku



DAFTAR PUSTAKA

Rahardi Kunjana. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga, 2009


2 comments:

  1. makasih artikelnya sangat bermanfaat. Kalau ada waktu baca juga Makalah Bahasa Indonesi 'Diksi atau Pemilihan Kata.
    salam kenal.

    ReplyDelete
  2. Stainless steel frame for the Sega Genesis - Titanium Arts
    Stainless steel frame for the Sega Genesis. Made with a genuine steel apple watch aluminum vs titanium frame and a standard frame. Rating: titanium jewelry 4.4 · ‎1 review 토토 사이트 도메인 · titanium trim ‎$13.99 titanium anodizing

    ReplyDelete