MAKALAH
BAHASA INDONESIA
PEMILIHAN
KATA (DIKSI)
DISUSUN OLEH :
NIKOLAS ALDIAN PUTRA 130420306
PEMILIHAN
KATA (DIKSI)
·
Diksi
Diksi
atau pilihan kata berkaitan dengan kata (-kata) mana yang dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, memilih kelompok kata-kata atau menggunakan
ungkapan yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Diksi adalah kemampuan
membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan
kemampuan menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Diksi yang tepat dan sesuai
hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan
kata bahasa itu.
Diksi
juga merupakan pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis
atau pembicara atau yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata
- seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya.
·
Ciri - Ciri Diksi
Yaitu menggunakan
lafal, tekanan, intonasi yang sesuai menentukan pilihan kata (diksi), bentuk
kata dan ungkapan yang tepat dalam kalimat .
A. .Peranti-peranti Diksi
1. .Peranti Kata Berdenotasi dan Berkonotasi
Dalam studi
lingustik ditegaskan bahwa kata yang tidak mengandung makna tambahan atau
perasaan tambahaan makna tertentu disebut denotasi. Adapun maknanya disebut
makna denotatif, makna denotasional, makna kognitif,makna konseptual,makna
ideasional, makna referensial atau makna proporsional.Jadi, makna denotatif itu
dapat disebut makna sebenarnya, makna yang ditunjuk oleh sesuatu yang
disimbolkan itu.
Contohnya, kata
"kurus". Makna denotatifnya adalah keadaan tubuh yang lebih kecil
dari ukuran normal.
Makna konotatif adalah makna yang mengandung arti
tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar
yang umum. Konotasi atau makna konotatif sering disebut makna konotasional,
makna emotif atau makna evaluatif. Dapat juga dikatakan makna konotatif adalah
makna kias, bukan makna sebenarnya.
Contohnya, kata
"kurus" pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak
memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata "ramping"
bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang
mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan "ramping".
2. Peranti Kata Bersinonim dan Berantonim
Kata ‘bersinonim’
berarti kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti sama. Dapat
dikatakan bahwa sinonim sesungguhnya adalah persamaan makna kata. Adapun yang
dimaksud adalah dua kata atau lebih yang berbeda bentuknya, ejaannya,
pengucapannya atau lafalnya, tetapi memiliki makna sama atau hampir sama.
Contohnya, Kata ‘hamil’ dan ‘mengandung’ serta
‘bunting’, Ketiga bentuk kebahsaan itu dapat dikatakan bersinonim karena
bentuknya berbeda, tetapiu maknabnya sama.
Kata berantonim
berlawanan dengan kata bersinonim. Bentuk kebahasaan tertentu akan dapat
dikatakan berantonim kalau bentuk itu memiliki makna yang tidak sama dengan
makna lainnya. Dalam linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukkan
bentuk-bentuk kebahasaan itu memiliki relasi antarmakna yang wujud logisnya
berbeda atau bertentangan atara satu dengan lainnya.
contohnya, panas dan dingin. Bentuk berantonim dapat
dibedakan sebagai berikut:
·
Antonimi kembar
adalah kehadiran entitas kebahasaan yang satu meniadakan entitas kebahsaan yang
satunya lagi. Misalnya, ‘jantan’ dan ‘betina’, ‘bayi’ dan ‘dewasa’.
·
Antonimi plural
adalah penegasan terhadap anggota tertentu akan mencakup penyangkalan setiap
anggota lainnya secara terpisah, misalnya kelas ‘logam’, kelas ’tumbuhan’,
kelas ‘buah-buahan’.
·
Antonimi gradual
adalah penyimpangan dari antonimi kembar. Kalau dalam antonimi kembar terdapat
dikotomi ‘kaya’ dan ‘miskin’, dalam antonimi gradual terdapat ‘setengah kaya’ atau ‘lumayan kaya’
atau ‘agak kaya’.
·
Antonimi
relasional adalah bentuk kebahasaan yang dianggap berantonim itu memiliki
relasi kebalikan. Misalnya, ‘guru’ dan ‘murid’.
3.
Peranti Kata
Bernilai Rasa
Beberapa kata mungkin
mengandung nilai rasa tertentu, menyangkut tinggi-rendah penilaian yang kita
berikat atas maknanya. Kata gerombolan, misalnya, memiliki nilai rasa
(konotasi) yang kurang menyenangkan, terkesan negatif dalam tangkapan
pembaca/pendengarnya. Kata wafat, misalnya, berbeda nilai rasanya dengan mati,
apalagi tewas dan modar. Kata-kata tertentu mungkin pula bersinggungan dengan
nilai-nilai kesopanan dan kepercayaan tertentu. Kata gugur, misalnya, hanya
digunakan untuk kalangan tertentu seperti pahlawan dan prajurit yang
mengorbankan nyawa di medan perang. Kata ganti kamu berbeda nilai sosialnya
dengan Anda atau Saudara. Begitu pula kata bini dan istri. Dengan demikian,
ketepatan dalam memilih kata perlu pula disertai dengan kepekaan yang
menyangkut nilai rasa dan nilai sosial kata.
4. Peranti Kata Konkret dan Abstrak
Kata-kata konkret adalah kata-kata yang merujuk pada
objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba atau dicium. Kata-kata
konkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abstrak.
Kata abstrak
menunjuk pada konsep atau gagasan. Kata-kata abstrak sering dipakai untuk
mengungkapkan gagasan yang cenderung rumit.
Kalau kata-kata konkret lazim digunakan untuk membuat
deskripsi, beberapa juga untuk narasi, maka kata-kata abstrak lazim digunakan
untuk membuat persuasi atau argumentasi.
Kata Abstrak Kata Konkret
kemakmuran sandang, pangan, papan
pembangunan mendirikan rumah, membangun jalan
demokrasi musyawarah, pemungutan suara
kemakmuran sandang, pangan, papan
pembangunan mendirikan rumah, membangun jalan
demokrasi musyawarah, pemungutan suara
5.
Peranti Keumuman dan Kekhususan Kata
Kata umum adalah kata
yang cakupan maknanya luas, sedangkan kata khusus adalah kata yang sempit
ruang-lingkupnya. Makin luas ruang-lingkupnya, makin umum makna sebuah kata.
Kata Umum Kata Khusus
membawa mengempit, menjinjing
berbunyi berdering, berdenting, bergaung
melihat menonton, menatap, memandang
memotong menebang, menebas, menyayat
membawa mengempit, menjinjing
berbunyi berdering, berdenting, bergaung
melihat menonton, menatap, memandang
memotong menebang, menebas, menyayat
Kata umum kurang mampu
memberikan daya-bayang yang jelas. Semakin umum makna sebuah kata, semakin
kabur pula gambaran angan yang dimunculkan dan, dengan demikian, semakin
berpotensi untuk menimbulkan salah paham. Sebaliknya, semakin khusus, semakin
jelas dan mengesan di dalam angan-angan atau pikiran pembaca.
6.
Piranti kelugasan kata
Diksi juga mengajarkan
kita untuk berkata kata lugas, atau yang biasa di sebut (to the point.). akan tetapi orang akan lebih menggunakan bahasa
asing untuk menurunkan tingkat kelugasan nya, dengan keasingan nya ini dimensi
kelugasan atau ke tabu an nya .
Contoh : kata ‘Zakar’
lebih lugas daripada kata ‘Penis’, dan kata ‘senggama’ sepertinya terlalu lugas
maka orang akan cenderung memilih kata ‘ koitus’ atau ‘berhubungan badan’.
7.
Peranti penyempitan dan perluasan makna kata;
penyempitan kata adalah menspesifikasikan kata
tersebut.
Contoh : dulu kata ‘pendeta’
diartikan sebagai orang pintar, sekarang menjadi sebutan untuk guru agama
Kristen.
Perluasan makna kata adalah generalisasi kata akibat
dari dinamika bahasa.
Contoh : kata ‘bapak’, dulu digunakan
untuk menyebut ayah, tetapi sekarang di perluas penggunaannya untuk menyebut
laki laki yang lebih tua.
8.
Peranti keaktifan dan kepasifan kata;
kata aktif adalah kata yang berawalan me-, ber-.Sedangkan
kata pasif adalah kata yang berawalan di-.
Imbuhan me-, memiliki
arti transitif jika memiliki objek penderita, dan berarti intransitive jika
tidak memiliki objek penderita.
9. Peranti ameliorasi dan peyorasi;
Ameliorasi adalah proses perubahan
makna dari yang lama ke yang baru, ketika bentuk yang baru dianggap dan
dirasakan lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya
dibandingkan dengan yang lama.Sedangkan peyorasi adalah proses perubahan makna
dari yang baru ke yang lama, ketika bentuk yang lama dianggap dan dirasakan
lebih tinggi dan lebih tepat nilai rasa serta konotasinya dibandingkan dengan
yang baru.
Contoh :
§ Peyorasi : dulu kata ‘efisien’ dan ‘efektif’
telah diupayakan untuk dirubah menjadi ‘mangkus’ dan ‘sangkil’ akan tetapi saat
ini malah kata ‘efisien’ dan ‘efektif’ lebih banyak di gunakan
§ Ameliorasi : kata ‘berak’ yang dulu
sangat lazim sekarang di ubah manjadi kata ‘kakus’ yang dianggap lebih
bermartabat.
10. Piranti Kesenyawaan kata
Kesenyawaan kata
maksudnya adalah bentuk yang tidak bisa dipisahkan karena sudah sangat erat
kaitannya antara satu dengan yang lainnyat
Contoh :
Kata ‘sesuai dengan’ sering kita tulis
‘sesuai’ saja, lalu kata ‘disebabkan oleh’ kita sering tulis ‘disebabkan’ saja,
atau malah sering kita tulis ‘disebabkan karena’ yang secara kebahasaan salah
besar.
11. Piranti kebakuan dan ketidakbakuan
kata
Diksi dan pemilihan kata juga
mengajarkan kita untuk selalu cermat dengan bentuk bentuk kata baku dan tidak
baku
DAFTAR
PUSTAKA
Rahardi Kunjana. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga, 2009